Pengalaman Jadi Finalis di lomba Microsoft Imagine Cup Indonesia Tahun 2016
Pada tahun 2016 adalah tahun yang cukup banyak kenangan selama hidup saya. Salah satunya adalah menjadi finalis di lomba Microsoft Imagine Cup Indonesia. Bagi yang belum tau apa itu microsoft imagine cup bisa langsung kunjungi website reminya dibawah ini.
https://imaginecup.microsoft.com
Ya, singkatnya microsoft imagine cup adalah kompetisi pelajar (termasuk mahasiswa) dalam membuat sebuah teknologi terkini. Pada saat (tahun 2016) kompetisi ini dibagi menjadi 3 kategori : Innovation, World Citizenship, dan Games, waktu itu saya dan tim ikut pada kategori games. Dan sejak tahun 2017 sepertinya ada regulasi baru lagi, saya pribadi sudah tidak begitu mengikuti perkembangannya.
Oke mari lanjut ke ceritanya. Kita mulai dari awal.
Awal Mula Belajar Game Development
Pertama kali saya mengenal game development adalah dari salah satu teman yang sama-sama sedang bertugas sebagai asisten praktikum dulu waktu kuliah. Saat itu tiba-tiba saja temen saya nyeletuk “bikin game yuk, ikutan gemastik”. Pikir saya saat itu hanya bercanda tapi ternyata serius. Saya pun tidak enak untuk membatalkan niatnya. Dan akhirnya setelah tahu serunya membuat game, malah keterusan sampai sekarang 😀
Motivasi Ikut Lomba
Setelah 1 tahun berlalu sejak pertama kali mengenal game development, saya dan teman saya berniat untuk mengikuti lomba Microsoft Imagine Cup Indonesia 2016. Disini saya cukup optimis untuk ikut dengan pengalaman selama 1 tahun dalam mengenal game development.
Alasan kenapa ingin mengikuti adalah karena terlihat keren aja saat jadi juara di imagine cup, apalagi jika bisa menang di indonesia akan diikutkan untuk kompetisi dunia di Amerika saat itu. Dan itu cukup untuk memacu saya dan teman saya untuk mencoba dan berusaha lebih keras di perlombaan ini.
Perjuangan Tanpa Henti
Setelah mendapatkan pengumuman bahwa lomba ini telah dibuka, kami mulai mencari-cari anggota baru, mulai merancang konsep, membuat prototype dll. Hingga akhirnya masuk lah ke dalam proses development.
Proses development dimulai ketika liburan kuliah semester 5, yang akhirnya kita tidak pulang ketika liburan karena harus mengerjakan project ini bersama tim.
Dengan budget yang pas-pasan sebagai anak kos, setiap hari kita hanya makan nasi dengan telur yang di campur tepung agar menjadi banyak (kebalik sih, tepung dikasih telur, banyak bener tepungnya). Dan itu kami lakukan selama kurang lebih 1,5 bulan.
Karena di jurusan saya waktu itu belum memiliki lab, kami pun mengerjakan project ini di kontrakan, yang tidak ada fasilitas apapun, hanya laptop lemot yang menemani kami. Pernah suatu hari laptop dari salah satu anggota tim kami rusak, yang akhirnya jadi sedikit terhambat.
Setelah 1 bulan berlalu, entah bagaimana ceritanya saya melihat hasil dari tim lawan, tapi memang masih 1 kampus dengan saya sih, dan disitu saya merasa 1 bulan sudah sia-sia. Jika di banding dengan game yang telah kita buat, game kita sama sekali tidak ada apa-apanya dari sisi design dan optimalisasi. Kami berempat pun merasa bimbang untuk melanjutkan atau mundur dan pulang. Tapi pada akhirnya kami tetap melanjutkan meskipun dengan perasaan yang pesismis, dalam hati saya hanya bilang “setidaknya sudah mencoba, hasilnya pasrah aja lah”
Setelah itu kami mulai memperbaiki sisi desain, dan optimalisasi ukuran aplikasi, ukuran layar, kecepatan, dll. Pada akhir project kami sering kali berselisih pendapat, bertengkar dan lain-lain, mungkin karena sudah sangat lelah. Akan tetapi dengan perselisihan itu akhirnya membuat hasil game kami menjadi lebih baik lagi.
Pengumuman Semifinal
Setelah project selesai dibuat, kami segera mengirimkan hasil project yang telah kami buat. Kemudian menunggu hasil seleksi selama beberapa minggu. Saya pribadi sudah pesimis dan tidak berharap apa-apa, bahkan sudah tidak mengingat lagi tanggal pengumuman hasil seleksi lomba ini.
Pada hari pengumuman teman saya menyuruh saya untuk melihat twitter microsoft indonesia. Dan ternyata hari adalah pengumuman yang juga di umumkan di twitter. Pengumuman pertama muncul, tweet semifinalis kelima adalah tim Bitart Labs – DMension dari IPB, muncul lagi tweet semifinalis keempat adalah tim Excream Game – The Tale of Kujah dari Politeknik Negeri Jakarta, muncul lagi tweet semifinalis None Developers – Froggy and the Pesticide dari Trunojoyo Madura.
Saya langsung down dong, ini finalis ketiga adalah yang gamenya pernah saya lihat sebelumnya, yang menurut saya tidak mungkin game saya ada diatas game ini. Kemudian muncul tweet semifinalis kedua Reversi – Reversi dari ITS. Dan semifinalis pertama muncul Rubic Studio – Flip the Cat dari Trunojoyo Madura. Dalem hati haaah? ini kan tim saya. Saya kaget bukan main, senyum-senyum sendiri sampe pulang ke kos an.
Semifinalis #imaginecupID kategori Games pertama adalah tim Rubic Studio dengan game Flip the Cat.
— Microsoft Developer (@MSDevID) March 3, 2016
Presentasi Semifinal
Oke lanjut masuk ke semifinal. Satu hal yang saya tahu saat semifinal adalah presentasinya harus disampaikan dalam bahasa inggris. Diantara tim kami sebenarnya ada 1 yang kita pilih untuk menjadi presenter ketika lomba berlangsung, tetapi kita memilih yang jago untuk presentasi, bukan yang bisa bahasa inggris. Karena waktu yang mepet akhirnya presentasi nya pun dihafal. Jadi kita sama sekali tidak ada persiapan untuk tanya jawab dengan juri.
Pada saat presentasi tim kami lancar-lancar saja, namun pada saat masuk pertanyaan, tim kami langsung bengong dong, ngga tau jurinya ngomong apa dan kita harus ngomong apa. Di kondisi ini saya pribadi masih berusaha untuk menjawab, saya tahu english tapi tidak terbiasa speaking, dan grammernya pun amburadul. akhirnya saat menjawab pun juri menyerah untuk mendengarkan penjelasan saya. dan meminta untuk menjelaskan dalam bahasa indonesia.
Setelah presentasi saya dan teman saya toilet dan secara tidak sengaja bertemu dengan salah satu juri. saat di wastafel tiba-tiba jurinya mendekat ke teman saya dan bilang “gapapa coba lagi tahun depan”. Langsung lemas dong kitaaa, serasa ngga bisa jalan. Keluar toilet muka bukannya jadi seger malah jadi pucet.
Pengumuman Masuk Final 3 Besar Tiap Kategori
Setelah itu kita kembali ke penginapan. Karena sudah sangat pesimis, saya pun langusng mengajak teman-teman untuk pulang kembali ke kampus hari itu juga tanpa menunggu pengumuman. Tapi karena jadwal kereta hari itu sudah tidak ada akhirnya kami menunggu sampe besok nya.
Sore hari ternyata pengumuman sudah muncul. dan ternyata kita masuk doooong. Uda ngga bisa ngomong cuma sorak sorak hore
Grand Final Imagine Cup 2016
Selama menunggu grand final, tim kami pun bersiap-siap mulai melatih kembali bahasa inggris dan mengembangkan lagi game yang telah dibuat.
Entah kenapa ada banyak sekali kendala yang terjadi disaat proses keberangkatan final dan saat presentas final, yang menurut saya hanya 1 penyebabnya, untuk mendapatkan biaya operasional dari kampus itu sangat sulit. Memang fakultas kami baru berdiri sih, yang pada akhirnya sulit banget minta duit. Tapi keknya sekarang juga sama aja sih.
diperjalanan kita hanya bisa naik kereta ekonomi, ke penginapan pun kita harus jalan kaki beberapa km karena tidak ada duit lagi. untuk berangkat ke mall tempat presentasi pun kita naik bus dan akhirnya jalan kaki sekitar 2 km.
Pada saat TM kita langsung minder dong, temen-temen finalis yang lain masih bersih rapi wangi, kita uda rembeeess bgt. liat muka sendiri dikaca pun ga berani.
Lanjut ke presentasi. Disini terjadiilah kejadian memalukan yang ngga mungkin saya lupakan seumur hidup. Ya, masih dengan bahasa inggris. Saat masuk ke pertanyaan kami berempat bengong diatas panggung, sama sekali ngga tau mau jawab apa.
Dengan berat hati saya pun membantu menjawab pertanyaan yang diberikan juri. baru saja mengucapkan beberapa kata. penonton 1 podium itu keettawaaa semua. Malunya bukan main anjir. Ngomong belepotan, ngga pake grammer, kata masih salah-salah. Tapi setidak nya kami berhasil menjawab semua pertanyaan juri dengan perasaan yang malu banget. Mungkin itu satu-satunya sejarah dimana ada finalis imagine cup yang ngga bisa bahasa inggris.
Pulang dengan perasaan sedih berat. Bagaimana tidak, juri sudah memuji konsep game yang telah kami buat. dan karena kurang persiapan dalam bahasa inggris kami harus pulang tanpa membawa apapun. Merasa naik keatas langit kemudian jatuh ketanah lumpur.
Tapi pada akhirnya tidak ada yang sia-sia. Selama beberapa bulan saya belajar banyak sekali dan saya rasa itu sudah cukup untuk membayar kekesalan saya ketika grand final.
Mungkin cukup sekian yang dapat saya bagikan tentang pengalaman saat mengikuti kompetisi microsoft imagine cup indonesia 2016.
Terima kasih telah berkunjung. Jika artikel ini bermanfaat, kamu bisa traktir kami 🙂
1 Komentar
yahya · Februari 19, 2020 pada 9:22 pm
salam unity 3d mas akbar, like👍u